Written Comunication Skill
Studium
generale pertama mengambil tema written comunication skill yang
diberikan oleh Ibu Gita Aulia Nurani di ruang E6 dan E5 DTETI. Dari penjabaran
yang beliau berikan, saya mengambil beberapa poin penting yang saya tuangkan
dalam bentuk narasi resume ini.
Pada
umumnya istilah skill dibagi menjadi dua, yaitu: soft skill dan
hard skill. Soft skill didefinisikan
sebagai kemampuan yang didapat seseorang karena interaksi dengan
lingkungannya, artinya soft skill tidak bisa dinilai secara kuantitatif.
Sedangkan, hard skill didefinisikan sebagai skill yang indikator
penilaiannya jelas dan dapat dimiliki dengan pendidikan formal. Bila dilihat
dari definisi maka dalam benak kita muncul pertanyaan, jadi skill mana
yang lebih penting? Jawabannya sudah jelas keduanya. Lebih spesifik lagi,
kenapa soft skill penting? soft skill penting karena manusia
merupakan makhluk sosial yang setiap aktivitas memenuhi kebutuhannya pasti
berinteraksi dengan orang lain. Ibu Gita juga memaparkan orang dengan strong
soft skill akan memiliki: Good Communicator, Great Collaborator, dan
good in problem solving. Sementara itu, orang dengan soft skill yang
kurang akan memiliki: quick in anger, lack in confidence, dan impatient.
Menurut
Ibu Gita, terdapat 5 soft skill paling dibutuhkan pada era milenial, yaitu: conflict management, time
management, stress management, communication, dan company
culture. Selain itu, beliau juga memaparkan skill yang berkembang
pada abad 21, yaitu: foundational literacies, competencies, dan character
qualities. Tiga skill tadi masing-masing dapat diuraikan lebih spesifik
lagi hingga total ada 16 skill yang berkembang pada abad 21.
Dampak
digitalisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari semua orang karena
pada era milenial ini semua orang dapat saling terhubung hanya dengan sosial
media. Sosial media merupakan sarana komunikasi digital yang menurut beberapa
ahli ada dampak buruk yang ditimbulkan apabila terlalu sering menggunakannya. Pengaruh
yang ditimbulkan berupa dampak positif maupun dampak negatif, namun Ibu Gita
Aulia lebih fokus pada dampak negatif digitalisasi terutama dampaknya terhadap written
communication skill para kaum milenial.
Written
comumunication skill merupakan cara berkomunikasi seseorang
dengan lingkungannya lewat media tulis. Written comumunication skill
merupakan salah satu soft skill yang idealnya dimiliki oleh para
akademisi. Hal mendasar yang dibutuhkan pada komunikasi tertulis adalah
ringkas, singkat, konkret, jelas, dan sopan. Sedangkan prinsipnya adalah attention,
desire, dan action. Mengapa skill ini sangat penting dimiliki?
Karena pada dunia akademis untuk mengurangi kesalahan dalam berkomunikasi atau
pertukaran informasi digunakan suatu dokumen tertulis yang sebelum disampaikan
dapat disusun sedemikian rupa agar maksud dan tujuannya jelas dan dapat
dipahami.
Dampak
yang ditimbulkan oleh digitalisasi terhadap written communication skill
menurut Ibu Gita adalah menurunnya kemampuan seseorang dalam memahami suatu
bacaan. Beliau memberi contoh di media sosial orang cenderung memperhatikan
gambar meskipun terdapat keterangan gambar pada caption-nya. Selain itu,
menurunnya pemahaman bagaimana etika pengiriman dokumen tertulis misalnya
mengirim surel namun keterangan dokumen yang dikirimkan tidak dituliskan
sehingga membuat bingung penerima surel. Untuk itu mempelajari written
communicational skill sangat penting terutama untuk para akademisi yang
pastinya akan berhubungan dengan penelitian yang membutuhkan laporan yang
penulisannya sistematik.
Pada
studium generale kali ini Ibu Gita fokus pada dokumen cover letter, CV, dan
portfolio. Yang membedakan ketiga jenis dokumen tersebut pada tingkatannya dan
pada isinya. Dari hasil penjelasan Ibu Gita Aulia, saya mengilustrasika bahwa
urutan yang sesuai adalah cover letter lalu CV lalu portfolio. Cover latter
berisi penjelasan singkat tentang diri kita dan maksud tujuan kita
mengirimkannya missal pada perusahaan tujuan. Jika pada cover letter informasi
diri kita masih sebatas perkenalan awal maka CV digunakan untuk memperkenalkan
diri kita lebih dalam namun tetap ada batasannya.
Perkenalan dalam CV hanya sebatas biodata, kemampuan, dan prestasi yang kita
miliki namun tanpa penjelasan dan pembuktian. Portfolio melengkapi CV sebagai
sarana pembuktian kemampuan dan prestasi yang kita cantumkan di CV.
Comments
Post a Comment